tag:blogger.com,1999:blog-83150345594467171912024-02-08T07:44:58.378-08:00puisi, cerpen dan tulisan elang jingga wandinataelang jingga wandinatahttp://www.blogger.com/profile/05373606279103939406noreply@blogger.comBlogger19125truetag:blogger.com,1999:blog-8315034559446717191.post-8278117803781838952010-04-19T09:18:00.001-07:002010-04-19T09:20:10.963-07:00AMARAHmemaki pada batu dungu.<br />bentur dinding menggema cakar diri.<br />apa bodohmu telah bersarang di otakku.<br />atau otakku telah meninggalkanku.<br />Garang gemuruh tahan gejolak murka<br /><br />ahkkk…<br />bising…<br />diamlah walau sejenak.<br />hentikan sumbang nada itu<br />tak ada merdu<br />bahkan seperti teriakan gagak gagu<br /><br />ahkkk…<br />gaduh…<br />bunyi terompet maut terus menggaung perang<br />di lereng kerangka kepala penat.<br />Berisik lolong gonggong<br />liur sringaimu bau<br /><br />umpatku tak bergeming<br />menguasai getar tegar tubuh<br />kucingcang dengan pedang bisu<br />tak juga kau tau dari siratku<br /><br />ocehmu rancu.<br />menantang untuk berseteru<br />tak mundur setapak langkahku<br />biarkan terbunuh dengan tajam mata panah<br />aku akan tetap berdiri tahan terjang.<br />jangan harap ada luka<br />kau yang kan tersayat<br />pedih itu tak akan terlupa.<br /><br />tatap wajahku<br />ku rajam dengan serapah<br />sumpah sarat hina<br />ku hujam tepat pada nganga gerammu<br />jangan harap aku mundur walau selangkah<br /><br /><br /><br />elang jingga wandinataelang jingga wandinatahttp://www.blogger.com/profile/05373606279103939406noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8315034559446717191.post-39468655225792944562010-04-19T09:15:00.000-07:002010-04-19T09:16:02.669-07:00RORO NINGRUM II (sang penari)roro ningrum<br />kembang sepi pentas malam<br />lentik jari ujung selendang<br />gemulai gerak bidadari khayangan<br />merasuk getar gemulai sang penari<br /><br />lena pesona mengagumi<br />pancar takjub pandang bertumpuh<br />riuh decak belalak lembut<br />sang gadis terus bermain gerak<br />lenggak lenggok berirama sepi<br /><br />pentas malam<br />berterang obor sabut kelapa<br />jiwa-jiwa terbang melayang<br />di iring gending nada berlahan<br />ikuti alun hanyut memanggil<br />lewati waktu lupakan fajar<br /><br />roro ningrum kembang malam<br />sang penariku<br />tatapmu setengah terpejam<br />lupa akan luka yang menoreh<br />tinggalkan persemayaman dinginnya duka<br />letih penat mengabur di sejenak<br /><br />penari sepiku<br />senyum pias tampakkan tangismu<br />lara bersarang di hentak langkah gamangmu<br />luapkan senyap yang menggenang sepimu<br />nikmati damai saat di liuk mengalir<br />di tubuh gemulai pedar gelap sejuk menebar<br /><br />gadis di remang-remang api<br />tari itu<br />dipentas sepi dadari malam<br />wajah hampa terbias tawa<br />tertutupi lenggok gerak liukmu<br /><br />roro ningrum<br />pedihmu kurasakan<br />berkedok sempurna di balik riasmu<br />aku tau,,<br />aku rasakan kecewamu<br />kau ingin di hibur, bukan menghibur<br />irama di gerakmu tak tersuguh untuk siapapun<br />tapi suara itu yang mengajakmu<br />gending bertaut merasuk jiwamu<br />menyeret untuk taklukan malam<br /><br />roro ningrum<br />sang penari<br />ratu panggung pentas malam<br />berduka sesaat nada terhenti<br />hampa kosong lagi<br />kecewa mengabari sepimu kembali<br /><br />roro ningrum sang penari<br />kecewa sepi<br />hampa kosong lagi<br />izinkan aku untuk menghapus tangis sepi<br /><br /><br /><br />elang jingga wandinata<br /><br />untuk roro ningrum sang penari kembang malam lara sepielang jingga wandinatahttp://www.blogger.com/profile/05373606279103939406noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8315034559446717191.post-4141877242648513452010-04-19T09:10:00.001-07:002010-04-19T09:10:58.282-07:00AWAL BARUingin ku awali tulisan ini dengan suka<br />lupakan duka yang lalu<br />tinggalkan nestapa yang dulu<br />merangkai kembali dengan tinta emas yang lama tersimpan<br /><br />di awal tulisanku yang baru<br />bukan untuk buang tulisan lama<br />namun sebagai berkas saatku lupa<br /><br />ini fajarku<br />senjaku lama lagi<br />gunung-gunung menantang masih berkacak pinggang<br />mengaharap peratarungan terakhir kan di menangkan<br /><br />pandang depan dengan gagah<br />songsong terik jadikan sahabat<br />merendah hari untuk esok hari<br />padamkan gelap di tiaupan nafas tersisa<br /><br />jangan menyerah<br />walau detik kan berhenti<br />atau detak akan pergi<br />semua itu hanya ketakutan tak berarti<br /><br />roda bumi tak akan mengajak kembali<br />sesal hanya pelajaran yang harus di mengerti<br />bukan di tangisi hingga letih<br />lalu terkubur di dalam sepi<br /><br />yang lalu guru terbaik<br />yang depan kita jadi guru<br />mengajarkan pada langkah salah jangan tertiru<br />bimbing jalan lebih berpadu.<br />demi gempita datang bersorak sorai<br /><br /><br /><br />elang jingga wandinataelang jingga wandinatahttp://www.blogger.com/profile/05373606279103939406noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8315034559446717191.post-79234263485917607892010-03-01T10:23:00.000-08:002010-03-01T10:42:38.986-08:00AKU, PANTAI DAN DIRIKU (cerpen)Aku adalah aku<br />Bukan kau kamu atau dia<br />Aku adalah aku<br />Bukan batu yang menghitam di tepi gelap<br />Aku adalah aku<br />Bukan ombak di tepi pantai<br />Aku adalah aku yang mencari aku. ELANG<br /><br />Senja makin menggelap berteman desir angin yang melembab di tepi pantai. Langkah gontai mengikuti irama hati yang bergelombang tak menentu seperti deru ombak membasuh tepi pasir. Ada kecewa, sakit yang teramat sangat, pedih diluka yang sama, bahkan mati tanpa membusuknya jasad bercampur aduk dalam benjana kehidupan yang membenciku, ohhhh… mungkin bukan membenciku tapi aku sendiri yang membuat keadaan seakan memusuhiku. Tapi biarlah ini hidup yang aku pilih, hidup penuh misteri yang aku sendiri tidak tau tentang diriku, hidup yang seakan damai yang selalu kutaburi dengan senyuman namun tak seorangpun tau arti dari senyuman itu, senyuman hambar dengan sedikit rasa.<br /><br />Letih makin menggerogoti sendi - sendi tubuhku, akhirnya kujatuhkan tubuhku di pasir menengadah pandang langit hitam dengan sedilit bintang yang belum dapat dibaca petunjuk di rasi yang tak sempurna. Suara deru-deru ombak berkejaran menuntun waktu dipacuan kehidupan. ”hay manusia yang putus asa pergi kamu dari tepi pantai yang damai ini”. Kebingungan bersarang takut di hatiku namun ku coba beranikan diri dengan sedikit mental yang tersisa “siapa kamu? Iblis mana yang berani memerintahku”.gemeretak sendi-sendi merajai ketakutanku. “ aku deru ombak, aku muak dengan orang yang putus asa”. Kesadaranku bangkit, kupeluk kaki-kaki dinginku.<br /><br />Tangis seakan ingin membuncah tapi rasa malu dan ego yang tinggi menghalangi tetes-tetes haru di hatiku, sebuah tangisan yang ku rindu, tangisan yang telah bertahun terbendung. “ hay anak muda, menangislah…. Krn tangisan yang tertahan dihati akan terasa lebih pedih dibanding tangisan yang terluapkan dimatamu” ocehan pasir seakan membuatku mau muntah, aku benci digurui aku muak “ diam kamu, muak aku mendengar ocehanmu” namun tetesan dimataku mulai melembabkan pipiku yang cekung.<br /><br />Berlahan namun pasti terdengar nyanyian merdu yang terbawa angin melintasi pendengaranku. Aku tertegun dalam kebekuan yang syahdu, ku sapa sekeliling dengan mataku mencari harmoni yang membuaiku, dan akhirnya pencarianku tertuju pada gesekan daun nyiur yang melambai, pada ranting-ranting pinus yang terpatah kecil, pada hembusan lembut getarkan dawai sepi dan pada debur ombak yang bergenderang, ternyata mereka yang sedang bernyayi di keremangan senja. Meyejukkan hatiku yang bergelora panas nyaris membenamkan seluruh tubuhku dalam panasnya sebuah kebekuan sebuah kehilangan yang belum dapat aku terima, walau di mulutku mengatakan ikhlas namun hati dan jiwaku bulum dapat menerima kehilangan itu.<br /><br /><br />Saat alunan membuaiku, tubuhku seakan terbelah cahaya menjadi dua, membentuk siluet yang semakin nyata menyerupaiku namun dengan kebersihan yang sempurna, tidak sepertiku yang dekil dan selalu berselimut debu. “salam saudaraku, aku rindu tawa dan senyummu yang benar-benar dari hati. Aku rindu ketabahanmu yang dulu, bukan pelarianmu yang tak ada ujung. Aku rindu dirimu yang dulu. Detik tak akan pernah kembali karena dia telah terlewati. Biarkan bayang yang lalu jadi sebuah kenangan dia tak akan kembali, bahkan dia akan lebih bersedih melihatmu seperti ini, dalam kekumalan yang nyaris menghilangkan kamu yang dulu” bibirku bergetar takut, bahkan sangat takut seakan gambaran masalalu yang ingin ku buang tergambar kembali di pelupuk mataku. Kepedihan makin mengiris luka itu n akhirnya kujatuhkan tubuhku di pasir pantai, tak terasa linang air mata yang selama ini kutahan tertumpa juga.<br />Dalam hatiku berujar “ aku lelaki, diharamkan untuk ku menangis” namun tangis itu makin membanjir dan membasahi pasir. Jeritku tak tertahan membelah sepi di garis pantai yang sepi, aku seperti orang yang keedannan dan lupa diri “hentikan… hentikan…. Biarkan aku sendiri… biarkan aku sendiri….” Namun semakin aku berontak letih dan pedih makin melukai dan akhirnya menyerak dengan isak yang tersisa. “kenapa aku harus begini, terlahir dari rahim yang miskin, jari-jariku pedih untuk memanjat tebing pasir yang terjal dari kehidupan , mengapa….. mengapa aku selalu gagal, mengapa semua yang kucintai harus pergi… mengapa???? Jawablah???” suaraku makin parau dan semakin tak terdengar tertelan kembali di kerongkongan.<br /><br />Separuh tubuhku seakan mati dingin, aku belum dapat menerima kenyataan ini, kenyataan yang memutar jalur hidupku, kenyataan yang membelenggu jiwaku membuat aku mati walau jasadku belum mati. “saudaraku, ibu yang melahirkan kita tidak pernah salah, cinta yang ada di hatimu tidak pernah salah, keadaan yang kau anggap salah tidak pernah salah, semua itu hanya sebagian dari perjalananmu agar kamu lebih dewasa dan lebih mengerti kehidupan. Seharusnya kamu bersyukur karena diusiamu yang muda kamu telah banyak mempelajari kehidupan yang rumit , sadarlah saudaraku jangan kau terus menyiksa dirimu” kesadaranku berlahan tumbuh tapi egosentris yang telah merasuk tetap tak mau mengalah, aku masih merasa aku yang paling benar, aku masih merasa aku tidak salah yang salah hanya sang waktu.<br /><br />Gambaran yang ingin ku pudarkan dalam hidupku bukan semakin hilang tapi semakin menebal, satu demi satu terlintas dan seakan menghinaku. Saat, orang tuaku di cemoohkan karena kemiskinanya yang tidak dapat menyekolahkanku, saat orang-orang di sekelilingku menganggap remeh aku n saat aku harus di hina karena aku mencintai orang yang yang dianggap tak sederajat, terlebih lagi hinaan itu tidak sekali menderaku dan yang tragisnya aku harus dipisahkan dengan orang yang mencintaiku dan sangat ku cintai. Yang pertama dia harus merelakan cintanya terjual demi aku karena tak tahan mendengar cemoohan orang tuanya menghinaku dan yang kedua lebih tragis dia rela berkorban demi cintanya yang dianggap suci namun akhir dari itu semua tak ada yang memilikinya, Hanya doa yang dapat ku beri melintasi sepi kerindu.<br />Gambaran itu saling berganti bagai mata rantai luka yang menggilas kehidupanku. Sehingga aku berlari dari kenyataan, membenamkan diri dalam tawa yang melamurkan kepedihanku, ku perosokan diriku dalam jebakan labirin hitam kesesatan, menjadi seseoarang yang bukan dirinya lagi, menjadi pemuja barang haram untuk lari dari kenyataan dan di takuti semua orang, menjadi pemuja nafsu untuk menunjukan aku mampu memeluk semuanya, dan aku menjadi keras dengan keadaan, mengagap hidup ini kejam dan akhirnya mengambil keputusan harus kejam dengan kehidupan. Sebuah prinsip yang kusadari salah, prinsip yang menyeretku makin dalam kearah nista. walau terkadang saat kesadaranku hadir aku ingin kembali namun aku takut atau mungkin tepatnya aku pengecut yang belum siap menerima kenyataan.<br /><br />Sesaat aku terdiam dalam renungan kebekuanku, rasa ingin berontak telah bersekutu dengan tubuhku, tapi aku tak tau ingin berontak yang bagaimana? Berontak dengan keadaan ku yang sekarang atau tetap mempertahankan egosentrisku yang telah menyatu padu dengan tubuhku, aku di posisikan dalan simpang kebingungan sebuah pilihan.“saudaraku, aku mengerti apa yang kamu pikirkan n apa yang ada didalam hatimu, karena aku adalah kamu dan kamu adalah aku. Saudaraku, lihatlah onggokan kayu tua di tepi pantai itu, dia tidak pernah mau menyerah walau dia sadari batang tubuhnya tergerus asin pantai dan semakin melapuk, dia tetap resenyum tulus dengan keadaannya bahkan dia merasa tetap berguna walau telah renta. Sedari dia masih gagah dia telah menjadi pelindung untuk pohon yang kecil dan setelah dia rapuh dia masih menjadi tambatan sampan nelayan. Belajarlah pada dia saudaraku” mataku tak lepas memandang onggok kayu yang legam berlumut.<br /><br />Pikiranku makin berkecamuk membantah semua hal yang memburuku n dan memerintahku walau sebenarnya rasa di hati telah terkalahkan, tetap ku kesampingkan dan ku anggapa ku tidak punya hati lagi” saudaraku, jangan kamu merasa sekuat karang yang gagah, memang terlihat tampak gagah namun dia akan semakin rapuh tergerus ombak yang dianggap dapat dikalahkan dan akhirnya dia akan menjadi kepingan-kepingan yang kecil terseret menjadi butiran debu. Pilihlah saudaraku, pilih, kehidupan adalah pilihan” Sesaat aku terdiam merenungkan kembali apa yang di ucapkannya seperti palu besar menghantam dadaku remukan egoku yang telah lama bertahta di hatiku.<br /><br />Aku masih terdiam merenungkan semuanya, tentang ibu, tentang cinta, tentang orang-orang yang kulukai karena sebuah dendam yang tak berarti, timbul sebuah pertanyaan yang mengambang dalam pikiran ku. “apakah aku telah menciptakan orang-orang sepertiku hanya karena luka yang tak berarti? Aku berdosa” tangisku kembali tertumpa setelah sesaat mengering. Rasa bersalah makin menghantui, seperti tangan hitam yang tajam ingin menyeretku, aku menjerit “ maaf ibu, maaf…. Anakmu berdosa, aku berdosa…. Maaf ibu…..” aku ingin berlari kupeluk dan ku cium kakinya lalu kan kubasuh dengan air mata penyesalan.<br /><br />Dan cinta yang selama ini membuat aku berubah akan ku kubur dalam pusara jiwaku yang terdalam, aku sadar aku tak dapat melupakan orang yang mencintaiku dan sangat ku cintai. Biarlah semua ini jadi kisah dari perjalananku sebuah kisah romantis yang menyedikan namun akan berganti babak yang baru lebih bahagia “hay anak muda, fajar akan tetap terbit, disitu akan ada harapan setiap makhluk, jangan kamu memadamkan mentari dalam hatimu. Senja hanya ketenangan penghantar tidur panjang jangan buat mimpi-mimpi burukmu” kayu tua tersenyum padaku sambil memeberikan fatwa penyejuk jiwa.<br /><br />Malampun kian menua, rinai-rinai hujan mulai membasahi bumi, kulihat disela-sela rintik tiga wajah ayu tersenyum padaku. Wajah ibuku “maaf ibu aku akan berbakti padamu. Wajah kekasiku yang bukan milikku “moga kamu bahagia” wajah kekasihku yang telah berpeluk damai “doaku selalu bersamamu”. Aku langkahkan langkahku menuju hidup lebih baik n aku tak akan akan menyerah, terima kasih angin, terima kasih pasir, terimakasih ombak, terima kasih kayu tua, karang, nyiur, pinus terima kasih aku akan kembali dan aku kembali menjadi diriku. Terima kasih.<br /><br /><br />Elang jingga wandinataelang jingga wandinatahttp://www.blogger.com/profile/05373606279103939406noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8315034559446717191.post-3241777285080146552010-03-01T10:22:00.001-08:002010-03-01T10:22:32.799-08:00KALIAN TAK AKAN TAUkalian tak akan tau apa yang berdenyut di detak nadimu<br />kalian tak akan tau dari bahasa di aliran darahmu<br />marih bersumpah atas mana ruh yang bersarang di jasadmu<br />kalian tak akan tau<br /><br />gundah sering singga saat langkah mengetarkan asa<br />gamang sering menerpa saat ingin mengharap riba<br />galau sering datang saat harap merebut mimpi<br />melangkahlah, sambut inginmu dengan harapmu<br /><br />kita bukan DIA yang tau yang tau embun di ujung daun<br />kita bukan DIA yang paham akan detik berakhir<br />hanya bayangan dari gambar semu di depan<br />takut, hilangkanlah dengan yakin tepis resahmu<br /><br /><br />elang jingga wandinataelang jingga wandinatahttp://www.blogger.com/profile/05373606279103939406noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8315034559446717191.post-4428675376662263242010-03-01T10:21:00.001-08:002010-03-01T10:21:27.654-08:00KERINDUAN KEMBARA RINDUJerat-jerat mimpi belum lepas di rayuan lelap<br />Namun takut singahi detik merenggut detak<br />Tak dapat lagi rasakan belaian angin meratapi diri<br />Tak dapat lagi mengecap gejolak rindu di tetes mata<br /><br />Biarkan malamku habis tanpa tertidur<br />Biarkan kakiku melepuh di panas terik samudra gurun<br />Aku hanya rindu…. Rindu… rindu padamu…<br />Telah ku talak haus dan lapar untukmu<br />Hingga ku dapat melepas dahaga dari tangan-tangan rindumu<br /><br />Peluk aku dengan rinduku<br />Dekap aku dengan rinduku<br />Walau harus menari dengan kegilan rindu hingga jasad memuntahkan ruh<br />Kuserahkan hidup di bawah kakimu<br />Bukan surga yang ku harap tapi rinduku padamu walau hanya menjadi debu di hadapanmu<br /><br />Namun… bagaimana rinduku kan mendapat sambutmu???<br />Lakuku lalu telah pecahkan guci-guci hening kerinduan<br />Walau tangis menganak sungai menjadi lautan<br />Tak dapat satukan serpihan sesal mengutip maaf<br /><br />Apapun kan ku lakukan untuk menebus salahku demi rinduku<br />Terkubur di lapisan bumi ketujuh, aku mau….. tapi jangan ambil nafasku<br />Atau… terbang tanpa sayap kelapisan langit ketujuh, aku mau….. tapi jangan ambil nafasku<br />Walau menjadi terompa tempat berpijakmu<br />dahaga rinduku telah terobati merebut rinduku<br /><br />tapi rindu dari rasa rinduku dalam rasaku<br />terbendung rindu di khilaf laluku<br />rinduku yang sangat teramat merindu<br />rindu dalam rindu yang merindu<br />harap sambut rinduku dalam rinduku<br />bagai bunga melayu terselip di baju tanpa saku.<br /><br /><br />ELANG JINGGA WANDINATAelang jingga wandinatahttp://www.blogger.com/profile/05373606279103939406noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8315034559446717191.post-76177129371121413452010-03-01T10:19:00.000-08:002010-03-01T10:20:10.009-08:00OCEHAN SI GILAHey…. Kemari dekat aku<br />Ikut aku bersujud!!!<br />Aku di depan jadi imam<br />Kalian di belakangku jadi makmum<br /><br />Kenapa tertawa??? Kenapa kalian tertawa<br />Aku tidak gila<br />Aku tidak gila<br />Kalian yang gila, kalian yang gila!!!<br /><br />Hey…. Apakah kalian sudah dengar azan???<br />Ada masjid megah di situ….<br />Tapi kemana semua umatnya???<br />Mungkin ini museum untuk sajadah<br /><br />Baiknya aku sujud di pinggir parit.<br />Walau bersuci di sisa kotoran<br /><br />Oooh…. Aku tau…<br />Mungkin sang bilal telah mati…..<br /><br />Dimana liang tempat bilal itu membusuk?<br />Dimana ahli warisnya?<br />Siapa penerus seruannya?<br /><br />Oooh…. Aku tau…<br />Mungkin azan telah berhenti<br /><br />Ya….. ya…..<br />Aku saja…. Aku saja….<br />Aku yang akan mengumandangkan azan<br />Allahu akbar… allahu akbar…<br />Allahu akbar… allahu akbar…<br /><br />Hey…<br />Diam kau gila…<br />Sittt…… diam… ada anjing menggonggong.<br />Wajahnya hitam…. Matanya menyala…<br />Busuk kau setan dengan kebengakan kau<br /><br /><br />Oiya…… aku akan mengadu pada amir.<br />Tapi…. Kenapa amir itu hanya tertunduk diam?<br /><br /><br />Oooh…. Mungkin dia sedang tafakur.<br />Ayo kita lihat…… dan ayo kita ikuti ke juhudannya<br /><br />Kita tertipu<br />Dia lebih gila dari pada aku…<br />Dia sedang menghitung riba dari umatnya.<br />Bajingan…. Kupecahkan kepala kau di lantai masjid<br /><br />Ayo ikut aku….<br />Ku hantar kau kedalam neraka<br />Mampus kau di situ…<br />Tertawalah lagi andai kau mampu<br />Ha…… ha….. ha…..<br /><br /><br /><br />ELANG JINGGA WANDINATAelang jingga wandinatahttp://www.blogger.com/profile/05373606279103939406noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8315034559446717191.post-26790683246357481842010-03-01T10:17:00.000-08:002010-03-01T10:18:31.970-08:00BAYANG-BAYANG HITAMaku telah menjadi bangkai dari timbunan kepedihan<br />kesepian mencekam menceraiakan rasa yang mendera<br />sungguh,,,, waktu yang terlewati seakan gelap tak ada lagi arti fajar mendaki langit<br />tak kulihat lagi dia semenjak beribu detik yang lalu<br />walau hanya sekedar tersenyum di balik jendela itu<br />yang terkasih telah pergi dan tak kembali lagi menemani pagi<br />semua ini menakutkan bagiku dari pada teriakan kematian yang memanggil<br /><br />bawalah puing-puing luka yang menikam dadaku<br />senandungkan kepiluan menyelimuti tubuh yang telah letih<br />di gumpalan awan melintasi kepekatan duka<br />dalam bayang-bayang hitam bercampur aduk membuat gaduh<br /><br />keyakinan tersulut getarkan pennyangga awan<br />tak ada satupun yang dapat memisahkannya dari sisiku<br />aku telah memiliki semuanya walau sedetik dia singga dalam nyata<br />rasa bukan sekedar pertemuan jasad namun menyatukan yang tiada menjadi ada<br /><br />cahaya dari kobaran api tak juga terangi pekatku<br />bahkan untuk hangatkan kebekuan, panas itu tak mampu<br />dia masih bertahta dan bermahkota<br />dia tinggal abadi di istana tanpa ponggawa di istana sutra<br />dia tetap hidup di ruh dan jasadku<br />bersama kala terang dan tetap bersama kala gelap<br />walau....<br />walau....<br />walau dia telah jauh...<br /><br />elang jingga wandinataelang jingga wandinatahttp://www.blogger.com/profile/05373606279103939406noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8315034559446717191.post-40667783660015840722010-03-01T10:14:00.000-08:002010-03-01T10:16:04.424-08:00FAJAR, CAHAYA MATAKU (setangkup rindu buat adikku SURYA)rindu.... <br />kangen...<br />aku juga rindu dek...<br />aku juga kangen dek...<br />maaf, krn aku gagal membahagiakanmu....<br />namun aku yakin jalan hidupmu kan bahagia...<br /><br />maaf...<br />maaf, krn aku bukanlah seorang figur yang dapat kamu contoh...<br />untukmu cahaya mataku...<br />fajar yang menyinari kehidupanku...<br /><br />adiku...<br />salam rindu buat emak n bapak...<br />adikku... ABDI TATA SURYA...<br /><br /><br />ELANG JINGGA WANDINATAelang jingga wandinatahttp://www.blogger.com/profile/05373606279103939406noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8315034559446717191.post-61511130360705217442010-03-01T10:13:00.001-08:002010-03-01T10:13:43.940-08:00DIANTARA DUA LANGKAH WAKTUFajar telah menyapu embun.<br />Dingin semalam menggeliat malas di pembaringan sepi.<br />Di mata sayu mentari yang malu-malu menjejakan kaki.<br />Membias senyum bertabir tanya.<br />Akankah terik singgah di ufuk?<br />Diam tanpa jawab…..<br /><br />Mentembaga goreh semburat merah jingga di antara dua langkah yang membagi bumi.<br />Masa kan mengundang waktu menghitung senja yang mungkin tak lama...<br />Atau senja tak sampai pada putarannya…<br />Tanya ilalang pada angin….<br /><br />Bisu …<br />Derap langkah dalam gaduh…<br />Teriakan debu-debu membedaki wajah<br />Kusam, menekuk pandangi jari-jari kaki…<br />Kais sisa-sisa celoteh yang tak terdengar<br />Tertawa tanpa tau dari bongkahan lelucon yeng mengambang di air…<br /><br />Mungkin letih yang melegamkan tubuh melibihi bayangan di balik punggung…<br />Bukan beban…<br />Namun tak bernama…<br />Jalani panggil suara dibalik samar panasnya terik.<br />Apa yang harus di jalani???<br />Dia menjawab…<br />Nafas….<br />Nafas…<br />Nafkah…<br />Kamu masih hidup….<br /><br /><br />Elang jingga wandinata.elang jingga wandinatahttp://www.blogger.com/profile/05373606279103939406noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8315034559446717191.post-21932890583068419362010-03-01T10:11:00.000-08:002010-03-01T10:12:33.580-08:00MEMAKI TEBING-TEBING PENATajarkan aku merangkai kata kembali....<br />aku lupa akan jiwa yang dulu...<br />atau hatiku telah mati....<br /><br />akhh....<br />terbelenggu...<br />mati...<br />berteriak...<br />tertahan...<br /><br />akhh..<br />pergi...<br />meninggalkan....<br />duka...<br />tanpa air mata...<br />memaki di tebing-tebing penat...<br />terpantul gaung menyerang diri...<br />sesak...<br />ingin...<br />temuntahkan...<br /><br />akhh...<br />sudah...<br />pergi...<br />luapakanlah...<br />lupakanlah...<br />tak terlupa...<br />jujur...<br />aku cinta...<br />jujur...<br />aku butuh...<br />jujur...<br />hari mati...<br />akhh...<br />sudahlah...<br /><br />Malam mengejar malam lewati malam melintasi malam.<br />Apa arti perjalanan ini?<br />Hanya tubuhku, jiwaku pergi.<br />Menemukan kepingan hilang lalu hilang kembali.<br /><br /><br /><br />Elang jingga wandinata.elang jingga wandinatahttp://www.blogger.com/profile/05373606279103939406noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8315034559446717191.post-66702838818699592752010-03-01T10:09:00.001-08:002010-03-01T10:09:54.476-08:00CERMINDari matanya terlihat nanar sepi...<br />Bibirnya dapat menyuguhkan senyum, bahkan teramat indah membuai mata yang menelanjangi tubuhnya…<br />Menatap liar membau busuk di liur-liur pemuja raga…<br />Tanpa rasakan pedih ditatap itu…<br />Tatap yang berteriak….<br /><br />Geliat-geliat manja nyaris tak berbusana…<br />Di remang sinaran temaran lampu terselubung malam bak surga menyinari nafkah di lumpur2 dosa...<br />Tapi apa dia berdosa?<br />Atau dia yang berdosa???<br />Tak ada jawab dari doa-doa bertanya dosa…<br />Atau dosa itu hanya untuk sang pendusta nista...<br />Memandang najis tubuh yang di anggap nista…<br />Dia punya hati…<br />Bukan jalang yang harus di sumpah mati…<br /><br />Usiamu muda dik...<br />Kata yang tak sanggup terucap...<br />Mari dekat aku…<br />Aku juga binatang yang jalang…<br />Namun aku tak akan menerkamu karena aku lebih jalang darimu…<br />Mari dekat aku…<br />Aku tak akan memangsamu karena kau bukan jalang tapi aku yang jalang…<br />Jangan biarkan binatang yang jalang ingin memangsamu lagi…<br />Berkatalah dik…<br />Ujar yang tak terlontar menggema di dinding-dinding tangis…<br />Hanya dapat melihat melas di balik-balik dukanya…<br /><br />Ini nyata<br />Bukan dilema yang di anggap sampah…<br />Siapa???<br />Siapa?<br />Tanya salah pada salah…<br />Siapa????<br /><br />Tanya diri, pandang kaca, aku atau dia Yang maya....<br />Tanya diri pandang kaca, aku atau dia yang jalang…<br />Tanya diri pandang kaca, aku atau dia yang sampah…<br />Tanya diri pandang kaca aku atau dia yang dosa…<br />Tanya diri pandang kaca….<br /><br />Elang jingga wandinata.elang jingga wandinatahttp://www.blogger.com/profile/05373606279103939406noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8315034559446717191.post-46737193027092634432010-03-01T10:06:00.000-08:002010-03-01T10:07:19.368-08:00ASA JARI-JARI MUNGIL LAMPU MERAHDari jendela kaca yang usang...<br />Terlihat tetes di pipi bocah setinggi pinggangku...<br />Mengapa???<br />Pertanyaan mengusik...<br /><br />Di bawah pohon pelindung tengah jalan lampu merah...<br />Dia terduduk lesu menggenggam kerincing tutup botol minuman soda...<br />Mungkin dia lapar, atau dia memimpikan menjadi presiden...<br />Mungkin...<br />Atau memar di bawah matanya mengisyaratkan debu tak bersahabat...<br /><br />Dimana ibumu nak???<br />Dari jendela kaca berdebu aku bertanya….<br />Dia diam…<br />Menatap penuh Tanya dan harap demi beberapa rupiah….<br /><br />Gumam dimulut kecilnya menjawab menyayat…<br />Sudah mati dirumah kerdus yang tergusur…<br />Bangkainya menjadi makannan anjing lapar…<br />Dan ayahku lari dengan pelacur yang dapat membelikannya rokok…<br /><br />Aku bertanya lagi…<br />Dimana saudaramu n megapa matamu membiru???<br />Kakakku menjual tubuh untuk sesuap nasi di balik sampah…<br />Abangku di penjarah yang tak pernah ku lihat…<br />Dia membunuh karena matanya membiru seperti aku…<br /><br />Bang,,,, aku pingin jadi presiden…<br />Mimpi indah dari mimpi di selah kotak baja…<br />Mimpi yang harus terbeli jari-jari mungil lampu merah…<br />Berdesing memekakan rongga telinga…<br />Namun ngiang harap yang terucap memecahkan jiwa-jiwa yang polos memikul asa...<br /><br /><br />Elang jingga wandinataelang jingga wandinatahttp://www.blogger.com/profile/05373606279103939406noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8315034559446717191.post-89159283901766438172010-03-01T10:05:00.001-08:002010-03-01T10:05:50.799-08:00MARI BERPUISI DENGANKUgenderang fajar hampir bertabuh.<br />kala batang tubuh telah meletih meranggas di tepi laguna keruh<br />tak ada yang kunanti…<br />walau labuhan bersandar melelapkan jasad menantiku....<br />semua telah mengejar memburuhku dengan panah-panah penat.<br />namun aku masih ingin terbang…<br />hingga sayapku tak mampu lagi membelah angkasa....<br />di kepakkan yang merapuh terkikis dinginnya pekat.<br /><br />kerinduanku merangkai kata menyeret hasrat menuntun jiwa.<br />gelap ini sepi tanpa ombak...<br />merah di timur masih tampak muram....<br /><br />mari berpuisi denganku, kita jalin waktu walau tak ada sua dalam temu...<br />aku merindu dari kata2 yang menuntun jiwa.<br />walau terkadang aku merasa letih untuk berpuisi...<br />namun naluriku berkata lain.....<br />ini adalah jiwamu...<br />di darahmu ada bait2 sajak...<br />atau kebuntuan kala huruf tak kutemukan membuatku jenuh...<br /><br />aku bertanya pada angin yang hampa....<br />apa yang ku cari???<br />tik... tik... tik... tak juga ada jawab...<br />desirpun takut ziarahi jasadku...<br />mungkin dia malu atau dia tak tau dari apa yang kucari....<br /><br />tau dari tau yang tidak tau dari apa yang ingin ku tau….<br />paham dari paham yang tidak paham dari apa yang ingin ku paham…<br />menyeret pengertian dalam rintik membau tanah basah.<br />di teriakan bisu bangunkan sunyi yang tak tertidur.<br />di dengkur tanpa lelap mengalap dengan lahap titik biduk tak berpetunjuk gelap.<br />sisakan jalan yang tak terpijak terkoyak api…<br />renung dalam melumat kata yang memat…<br />merengguk syair di hamparan gelap.<br /><br />mari berpuisi denganku, kita jalin waktu walau tak ada sua dalam temu...<br />aku merindu dari kata2 yang menuntun jiwa…<br /><br /><br /><br /><br />Elang jingga wandinataelang jingga wandinatahttp://www.blogger.com/profile/05373606279103939406noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8315034559446717191.post-79877432003161486842010-03-01T10:03:00.001-08:002010-03-01T10:04:00.644-08:00CERMIN IISalamku pada dunia yang muram...<br />Bukan kamu yang jalang tp dia....<br />Berpikirlah???<br />Binatang-binatang yang menggemeretakkan gigi taring...<br /><br />Bau darah atau bangkai laparpun termamah....<br />Kumal, begundal di setapak jalan taman...<br />Mungkin lebih indah dia dari pada perebut kuasa...<br /><br />Kapan kamu jd tuhan?<br />Najis dalam sembah ludahi langit terkena wajah.<br />Tampar,,,,<br />Pecahkan bibirmu hingga tak sanggup mengulum senyum…<br /><br />Salamku pada dunia yang muram...<br />Bukan kamu yang jalang tp dia....<br />Berpikirlah???<br />Binatang-binatag yang menjilati liurnya….<br /><br />Senyumu itu…<br />Senyum dari senyum tanpa rasa…<br />Tawamu itu…<br />Tawa dari tawa tanpa jiwa…<br /><br />Bau busuk itu dari bekas makanan yang termuntah lebih harum membuai indraku…<br />Dari pada aroma mulutmu yang bertabur bunga…<br />Ketulusan pengemis lebih mulya walau meminta….<br />Dari pada pemberianmu Cuma untuk menjadi dewa…<br /><br />Bercerninlah…..<br />Bercermintah ….<br />Pada kaca yang benar dapat memantulkan wajah….<br />Bukan pada keruhnya air …<br />Bukan pada gelap malam…<br />Bukan juga pada serpihan pasir…<br /><br />Bercerminlah…<br />Bercermin…<br />Pada langkah yang telah menggetarkan takdir…<br /><br /><br />Elang jingga wandinataelang jingga wandinatahttp://www.blogger.com/profile/05373606279103939406noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8315034559446717191.post-43204969720630799852010-03-01T10:01:00.000-08:002010-03-01T10:02:19.388-08:00AKU HANYA SERPIHAN KISAHlukaku telah menghilang pada jasadku...<br />tapi dukaku tak juga melepasku..<br /><br />kepakan sayap yang patah mengajakku meninggalkannya...<br />pergi jauh mematikan rasa yang bergejolak di jiwa...<br />ku sadar ego telah merasuk jwaku......<br />hingga pedih perih menyayat dengan pedang angin...<br />mencincang jiwa, raga dan rasa...<br />hingga matiku dengan detak yang masih menderma di nadiku...<br /><br />aku juga merasa apa yang dia rasa...<br />namun semua ini hanya untuknya...<br />untuk sebuah bahagia yang kupersembahkan di balik doa yang terus mengalun di setiap nafasku...<br />dari rasa yang pernah membuat senyumku kembali...<br /><br />aku hanya serpihan kisah yang harus terlupakannya...<br />walau bencinya menggunung hingga mencapai lapisan langit tak terhingga...<br />aku hanya mimpi, dari mimpi buruknya...<br />walau pedih mendera cekujur sukmaku....<br />pedihnya pedihku...<br />walau tak sepedih apa yang menghujamku...<br /><br />aku paham dan aku mengerti...<br />namun aku harus pergi menjauh...<br />aku hanya duka yang akan membunuh senyumnya...<br />maka aku harus pergi...<br /><br />aku tidak pernah menangis untuk duniaku...<br />aku menangis untuk takut dan salahku yang membasahi tikar lusuh...<br />ya... aku rapuh...<br />ya... aku pengecut...<br />pecundang yang takut akan bayangannya...<br />bahkan lebih rapuh dari cangkang telur yang terkubur beku...<br /><br />bersajaklah....<br />walau dengan lukaku yang telah kucoba lupakan...<br />beryairlah....<br />dengan nestapa disetiap detik yang mengumpatku...<br /><br />lukanya lukaku..<br />pedihnya pedihku...<br />namun lukaku bukan lukanya...<br />pedihku bukan pedihnya...<br />sampaikan padanya...<br />lupakan aku...<br />walau aku tak dapat melupakannya...<br /><br />to w.<br />thanks andras.<br /><br /><br />elang jingga wandinataelang jingga wandinatahttp://www.blogger.com/profile/05373606279103939406noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8315034559446717191.post-73514649966240870962010-03-01T09:53:00.000-08:002010-03-01T09:57:25.337-08:00BIARKAN AKU TERBANG DENGAN LUKAKUaku sering bertanya pada diri...<br />apakah bulan disana sama seperti bulan yang kulihat...<br />mungkin berbeda....<br /><br />aku telah mati dari timbunanan duka...<br />aku telah hilang dalam kebekuan...<br />jiwaku telah lenyap, bersemayam dalam ruang tak berpintu...<br /><br />kisah...<br />indah...<br />hanya dongeng....<br />sepi telah menjadi teman abadiku...<br />sunyi telah menjadi permaisuriku....<br />menari dalam hitamnya gelap...<br /><br />jujur,,,<br />sajakmu menggoyahkan awan pekatku...<br />dia bagian dari cahaya mataku...<br />cahaya yang selalu singgah dengan tawanya...<br /><br />luka...<br />luka...<br />luka...<br /><br />akhkhhhhhh....<br />aku ingin menjerit....<br />runtuhkan saja langit-langit...<br />telan aku....<br />himpit aku dengan bebatuan panas...<br /><br />akhkhhhhhh...<br />didadaku....<br />didadaku...<br />menyesak tangis yang telah lama mengembara pergi...<br /><br />akhkhhhhhh....<br />aku lelaki...<br />aku lelaki....<br />aku elang jingga...<br />aku elang...<br />kelana sepi penantang takdir...<br /><br />kumohon....<br />hibur dia...<br />kembalikan tawa yang benar-benar mempunyai jiwa...<br />kumohon...<br />jangan ada tangis dimatanya...<br />bantu aku tuk membasuh dukanya...<br />kumohon...<br /><br />aku ingin kembali....<br />aku ingin kembali...<br />aku ingin kembali...<br />jangan menagis jiwaku...<br />jangan mengis rasaku...<br />aku kan buatmu tersenyum....<br /><br />kepastian itu kan kutulis di selembar daun takdir...<br />diammu kan menuai harapmu...<br />kebisuan kan terpecah dengan hadirku...<br /><br />sayapku telah patah...<br />bahkan tak sanggup lagi kukepakan membelah sang langit...<br />bimbinglah aku...<br />bersandarlah dalam dekapku....<br /><br />akhkhhhhh.....<br />aku lelaki....<br />aku elang jingga....<br />aku sang kelana sepi....<br />biarkan aku tebang dengan lukaku....<br /><br />akhkhhhhhhhhhh....<br />aku....<br />aku....<br />aku....<br />aku tak mengerti....<br />aku ingin menjerit...<br />aku ingin kembali.....<br />tapi.....??????<br /><br />akhkhhhhhhhhh....<br />aku elang jingga...<br />aku kelana sepi.....<br />akhkhhhhhhhhh....<br />aku elang jingga...<br />aku kelana sepi....<br /><br /><br />elang jingga wandinataelang jingga wandinatahttp://www.blogger.com/profile/05373606279103939406noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8315034559446717191.post-47049164510338350892010-03-01T09:41:00.001-08:002010-03-01T09:41:34.018-08:00elangaku ingin terbang............elang jingga wandinatahttp://www.blogger.com/profile/05373606279103939406noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8315034559446717191.post-43881369180886397352010-03-01T06:55:00.000-08:002010-03-01T06:59:08.940-08:00KERINDUAN KEMBARA RINDU II ( kerinduan sigila... aku rindu padaMU)ocehan sigila...<br />celoteh yang tak pernah di dengar...<br />namun tetap tertawa walau di tertawakan...<br />DIA di sana menatapku penuh senyum dengan kegilaanku...<br />aku rindu sangat merindu...<br />jujur...<br />bahkan saat kutulis kata ini hati ku menangis rindu...<br />tak dapat lg ku artikan tangisan ku ini...<br />tak dapat lagi kutahan rinduku ini...<br />aku sangat dan tersangat merindu...<br />aku rela melepaskan dunia yang ku cintai untukNYA yang memilikiku yang sangat ku rindu...<br />tak mengapa walau harus direndam dalam panasnya neraka tingkat 1000 aku mau demi rinduku untukNYA...<br />aku merindu...<br />andai saat ini panggilnya berseru memanggil ruhku...<br />dan aku tak dapat menyapa pagi esok hari aku tak mau perduli...<br />yang aku mau kerinduanku....<br />ya ALLAH ijinkan aku menjadi kekasihmu...<br />walau aku hanya menjadi debu yang melekat pada dinding istanamu...<br />aku mau dengan rinduku...<br />YA ALLAH aku terlampau cengeng dengan kerinduanku...<br />YA ALLAH aku malu karena tangisku...<br />tangis bodoh kerinduan si gila yang merindu...<br />kerinduan dari kembara rindu...<br />YA ALLAH pisahkanlah ruh dan jasadku untuk mencium kerinduanku....<br />YA ALLAH, mengapa aku harus menangis...<br />mengapa tangis ini tak tertahan...<br />tangis ini telah membasahi bajuku yang lusuh...<br />YA ALLAH aku ingin berteriak,<br />aku ingin berlari,<br />aku ingin menjerit...<br />namun kemana aku kan berlari untuk mengejar rinduku...<br />kan ku tembus pekat malam ini demi rinduku....<br />aku telah menjadi gila dengan rinduku...<br />aku bersumpah atas namaMU....<br />bukan surga atau neraka ciptaanmu yang ku harapkan....<br />tp rinduku padamu...<br />YA ALLAH....<br />YA ALLAH....<br />YA ALLAH...<br /><br />Ilahi, lastu lilfirdausi ahla.Wala aqwa 'ala naril jahimiFahab li tawbatan waghfir dzunubi.Fainaka ghafirud dzanbil adzimi.<br /><br />Tuhanku, Hamba tidaklah pantas menjadi penghuni surga (Firdaus).Namun, hamba juga tidak kuat menahan panas api neraka.<br /><br />namun demi rinduku aku rela bermandi panasnya neraka...<br />hanya ridhomu yang ku mau YA ALLAH...<br /><br />elang jingga wandinata.elang jingga wandinatahttp://www.blogger.com/profile/05373606279103939406noreply@blogger.com3