Jerat-jerat mimpi belum lepas di rayuan lelap
Namun takut singahi detik merenggut detak
Tak dapat lagi rasakan belaian angin meratapi diri
Tak dapat lagi mengecap gejolak rindu di tetes mata
Biarkan malamku habis tanpa tertidur
Biarkan kakiku melepuh di panas terik samudra gurun
Aku hanya rindu…. Rindu… rindu padamu…
Telah ku talak haus dan lapar untukmu
Hingga ku dapat melepas dahaga dari tangan-tangan rindumu
Peluk aku dengan rinduku
Dekap aku dengan rinduku
Walau harus menari dengan kegilan rindu hingga jasad memuntahkan ruh
Kuserahkan hidup di bawah kakimu
Bukan surga yang ku harap tapi rinduku padamu walau hanya menjadi debu di hadapanmu
Namun… bagaimana rinduku kan mendapat sambutmu???
Lakuku lalu telah pecahkan guci-guci hening kerinduan
Walau tangis menganak sungai menjadi lautan
Tak dapat satukan serpihan sesal mengutip maaf
Apapun kan ku lakukan untuk menebus salahku demi rinduku
Terkubur di lapisan bumi ketujuh, aku mau….. tapi jangan ambil nafasku
Atau… terbang tanpa sayap kelapisan langit ketujuh, aku mau….. tapi jangan ambil nafasku
Walau menjadi terompa tempat berpijakmu
dahaga rinduku telah terobati merebut rinduku
tapi rindu dari rasa rinduku dalam rasaku
terbendung rindu di khilaf laluku
rinduku yang sangat teramat merindu
rindu dalam rindu yang merindu
harap sambut rinduku dalam rinduku
bagai bunga melayu terselip di baju tanpa saku.
ELANG JINGGA WANDINATA
Senin, 01 Maret 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar